10 Maret 2010

Peringatan untuk Pergaulan Remaja

Setiap orang terlebih remaja memang mesti gaul. Sebab kita adalah “Mahluk Gaul”. Dalam istilah sosiologi, Aristoteles menyebutkan Zoon Politicon. Meskipun secara bahasa, kamu-kamu juga pasti ada yang tahu kalau Zoon Politican itu sebetulnya lebih tepat diartikan sebagai “Hewan Gaul” dari pada “Mahluk Gaul”.

Apa pun istilahnya, yang penting kita jangan seperti hewan dalam bergaul. Iya kan? Sebab, menurut Plato manusia memiliki Jiwa Rohaniah yang tidak dimiliki hewan. Jiwa rohaniah berfungsi untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan ini.

HATI – HATI BERGAUL
Intinya, kita kudu hati-hati dalam bergaul. Tidak setiap gaul itu baik. Jangan lantaran takut disebut kuper atau nggak gaul, kita lalu kebablasan. Sebab, ada saja yang terjerumus ke hal-hal
negatif bahkan menyesatkan gara-gara salah gaul. Entah karena faktor ikut-ikutan (imitasi), kena pengaruh (sugesti), keliru mengidentifikasi, atau karena faktor lainnya.

Oleh karena itu, ungkap L.Kohlberg, alasan moral (moral reasoning) harus senantiasa melandasi setiap sikap dan perilaku. Lewat penalaran moral, termasuk di dalamnya pertimbangan nilai-nilai agama, seseorang akan berpikir positif untuk menentukan pilihan yang terbaik.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu pergaulan, maka secara garis besar ada gaul yang baik, ada juga gaul yang tidak baik. Gaul yang tidak baik itu bisa berbau kejahatan, perusakan moral, kebebasan tanpa aturan, dan bau-bau, lainnya emangnya enak jadi orang bau, iya nggak!

NGETREN
Tren, atau ngetren telah menjadi bagian dari gaul yang sarat imitasi, terutama peniruan nilai-nilai budaya luar. Mengikuti tren tertentu dianggap gengsi, sehingga tren jadi ukuran dalam bergaul, berikut segala perilaku dan penampilan yang menyertainya. Mulai dari gaya berbusana (fesyen), gaya bersenang-senang (fun), hngga perilaku makan-minum (food). Untuk mudahnya, sebut saja “Tiga F”.

Repotnya, karena dicekoki tren, seringkali membuat orang lepas dari etika, moral, bahkan lepas dari nilai-nilai kebaikan. Tren dalam fesyen, misalnya, kalau nggak ketat, ya transparan atau buka-bukaan mengekspose aurat (terutama aurat perempuan), padahal bagi perempuan memperlihatkan aurat dianggap sudah ketinggalan zaman karena yang begitu itu adalah “Gaya Hidup Primitif”, tradisi dimana belum ditemukannya rancangan pakaian atau bina plus….tang. Jelas kan, mana yang sejatinya kuno mana yang modern.

Ada pula tren cowok meniru busana cewek, cewek meniru busana laki-laki. Katanya, Unisek. Ini jelas-jelas keblinger.

Kita beralih ke soal fun. Paling banyak ditandai pacaran, pergi ke (atau mangkal di) tempat-tempat hiburan. Pacaran sekarang cenderung mengarah pada zina (ngeseks), sedangkan di tempat-tempat hiburan sering kali terjadi ngedrink, ngedrug, dan ngegambling. Jadi sudah sangat jelas penyimpangannya dari moral atau nilai-nilai positif.

PACARAN
Dari pacaran yang dikira bagian dari “gaul”, timbullah gejala sosial dikalangan remaja. Nggak peduli di kota ataupun didesa. Orang yang tidak senang pacaran dianggap tidak laku, tidak gaul, atau kuper. Walah, walah…… Ada-ada saja, ya! Biarin deh saya dibilang tidak laku, tidak gaul, atau kuper yg penting ga keblinger.

Salah satu gejala negatifnya ialah adanya berbagai perilaku yang menjadikan pacar sebagai suatu kebanggaan pergaulan. Ada semacam ajang pamer pacar. Entah disekolah, dikampus, dimall, ditempat hiburan, dipesta atau ditempat lainnya.

“Gimana Bob! Kece nggak cewek gua”, bisik Coy pada temannya.

“Boleh juga. Trus, gimana dengan cewek gua”, balik si Bob, juga berbisik.

“Kalau wajah, jelas kalah sama cewek gua. Tapi soal bodi, gua akuin deh, cewek lu lebih bahenol”.
Walah! Pacar itu barang, kali!?

Karena pacaran dianggap gaul dan untuk mendapatkan pengakuan sebagai anak gaul, banyak remaja yang belum punya pacar cepat-cepat nyari pacar. Lingkungan gaulnya pun ngumpul bareng bersama pacar.

Sekolah atau kampus menjadi ajang pacaran. Sepulang sekolah atau kuliah, kembali pacaran. Bahkan pada saat-saat lainnya, ada agenda wakuncar, apel mingguan, dan seterusnya. Begitu banyak waktu tersita untuk pacaran, menyebabkan pelajaran, kuliah dan hal-hal penting lainya menjadi terabaikan. Padahal kata tmn saya anak bandung dana untuk pacaran diperoleh dari hasil unik (usaha nipu kolot = orang tua). Sebab umumnya mereka belum bisa cari duit sendiri.

PREMARITAL SEX
Yang lebih gawat dan bikin repot keluarga adalah sinyalemen. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa pacaran mengarah atau mendorong terjadinya hubungan seks di luar nikah (premarital sex), membuat kepribadian remaja menjadi labil, pelajaran terganggu karena konsentrasi sering terhambat oleh lamunan atau khayalan sex. Apalagi bila premarital sex itu menyebabkan kehamilan. Nah, lho!

Seks di luar nikah merupakan kegagalan seseorang remaja mengendalikan diri sehingga menjadi budak hawa nafsu birahi, budak setan. Meskipun dalihnya, “Atas Nama Cinta”. Gombal !!

Kehamilan di kalangan remaja putri, ternyata bukan cerita baru. Menurut data dr. Biran Afandi di Jakarta, selama 1987 saja sudah terdapat 284 lebih remaja putri yang hamil di luar nikah. Tuh, kan?

Belakangan, remaja sekarang katanya makin “pinter”. Tapi, pinter yang keblinger. Mereka sudah mengenal alat-alat kontra-sepsi, seperti kondom, pil dan suntik anti-kehamilan, termasuk hubungan seks dengan cara Rythm Method (pantang berkala). “Biar nggak hamil”, katanya Begitulah kalau sudah berprinsip ARDATH : ” Aku Rela Ditiduri Asal Tidak Hamil “. Trus, biar asal tidak dosa-nya, gimna? Ga pada kepikirankan?

ANTARA ENAK DAN BAIK
Setelah fesyen dan fun, maka F yang ketiga adalah food (makanan-minuman). Ternyata masih ada saja remaja kita merasa bahwa makan di KFC, Fizza Hut, Wendys, Mc Donald, dan Fast Food ala Barat lainnya, merupakan tren dan bergengsi tanpa memperdulikan kebaikannya. Sedangkan makan di warteg dianggapnya, yaa…. kampungan lah.

Betapa noraknya kita ! Di Amrik, tempat-tempat makan seperti itu masuk kategori rendahan. Apalagi menurut ahli gizi di Amerika sendiri, ada fast food atau makanan ala Amrik yang dianggap gar-bage food, alias “makanan sampah”. Sebab, kandungan gizinya sangat tidak sesuai dengan standar gizi yang sehat untuk tubuh.

Boleh-boleh saja kita menikmati jenis makanan-minuman yang “bermerek dunia”. Namun ingat, kita tetap harus memperhatikan kandungan yg ada didalamnya. Lebih baik kita makan ala kadarnya tapi lengkap unsur gizi, protein dan seratnya serta jelas kebaikannya untuk tubuh kita.

intinya...bisa kah kita menjaga diri dari hal-hal diatas???


(grup Facebook)

0 KoMenTaR:

QR Code

My Headlines


Dengan meninggalkan komentar, saya sangat berterima kasih sekali karena dapat menjadikan blog ini berkembang.. terima kasih