26 November 2009

Idul Adha 2009

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ

Idul Adha telah tiba.....

Ayo serukan takbir untuk selalu mengingat Allah...

Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian,
mudah-mudahan kalian mau bersyukur".

Telah pasti riwayat bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Artinya : Beliau keluar pada hari Idul fitri, maka beliau bertakbir hingga
tiba di mushalla (tanah lapang), dan hingga ditunaikannya shalat. Apabila
beliau telah menunaikan shalat, beliau menghentikan takbir".[1]

Berkata Al-Muhaddits Syaikh Al Albani :

"Dalam hadits ini ada dalil disyari'atkannya melakukan takbir secara jahr
(keras/bersuara) di jalanan menuju mushalla sebagaimana yang biasa dilakukan
kaum muslimin. Meskipun banyak dari mereka mulai menganggap remeh sunnah ini
hingga hampir-hampir sunnah ini sekedar menjadi berita ...

Termasuk yang baik untuk disebutkan dalam kesempatan ini adalah bahwa
mengeraskan takbir disini tidak disyari'atkan berkumpul atas satu suara
(menyuarakan takbir secara serempak dengan dipimpin seseorang -pent)
sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Demikian pula setiap dzikir yang
disyariatkan untuk mengeraskan suara ketika membacanya atau tidak
disyariatkan mengeraskan suara, maka tidak dibenarkan berkumpul atas satu
suara seperti yang telah disebutkan. Hendaknya kita hati-hati dari perbuatan
tersebut[2], dan hendaklah kita selalu meletakkan di hadapan mata kita bahwa
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam".

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang waktu takbir pada dua hari
raya, maka beliau rahimahullah menjawab :

"Segala puji bagi Allah, pendapat yang paling benar tentang takbir ini yang
jumhur salaf dan para ahli fiqih dari kalangan sahabat serta imam berpegang
dengannya adalah : Hendaklah takbir dilakukan mulai dari waktu fajar hari
Arafah sampai akhir hari Tasyriq ( tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan
setiap selesai mengerjakan shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk
mengeraskan suara dalam bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Ini

merupakan kesepakatan para imam yang empat". [Majmu Al -Fatawa 24/220 dan
lihat 'Subulus Salam' 2/71-72]

Aku katakan : Ucapan beliau rahimahullah : '(dilakukan) setelah selesai
shalat' -secara khusus tidaklah dilandasi dalil. Yang benar, takbir
dilakukan pada setiap waktu tanpa pengkhususan.

Yang menunjukkan demikian adalah ucapan Imam Bukhari dalam kitab 'Iedain
dari "Shahih Bukhari" 2/416 : "Bab Takbir pada hari-hari Mina, dan pada
keesokan paginya menuju Arafah".

Umar Radliallahu 'anhu pernah bertakbir di kubahnya di Mina. Maka
orang-orang yang berada di masjid mendengarnya lalu mereka bertakbir dan
bertakbir pula orang-orang yang berada di pasar hingga kota Mina gemuruh
dengan suara takbir.

Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-hari itu dan setelah shalat
(lima waktu), di tempat tidurnya, di kemah, di majlis dan di tempat
berjalannya pada hari-hari itu seluruhnya.

Maimunnah pernah bertakbir pada hari kurban, dan para wanita bertakbir di
belakang Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz pada malam-malam hari
Tasyriq bersama kaum pria di masjid".

Pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga
ia tiba di mushalla, kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam.
[Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni, Ibnu Abi Syaibah dan selainnya dengan
isnad yang shahih. Lihat "Irwaul Ghalil' 650]

Sepanjang yang aku ketahui, tidak ada hadits nabawi yang shahih tentang tata
cara takbir. Yang ada hanyalah tata cara takbir yang di riwayatkan dari
sebagian sahabat, semoga Allah meridlai mereka semuanya.

Seperti Ibnu Mas'ud, ia mengucapkan takbir dengan lafadh :

Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha, wa Allahu Akbar, Allahu Akbar
wa lillahil hamdu.

"Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang
benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah
segala pujian". [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/168 dengan isnad yang
shahih]

Sedangkan Ibnu Abbas bertakbir dengan lafadh.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, wa lillahil hamdu, Allahu Akbar, wa
Ajalla Allahu Akbar 'alaa maa hadanaa.

"Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah
lah segala pujian, Allah Maha Besar dan Maha Mulia, Allah Maha Besar atas
petunjuk yang diberikannya pada kita". [Diriwayatkan oleh Al Baihaqi 3/315
dan sanadnya shahih]

Abdurrazzaq[3] -dan dari jalannya Al-Baihaqi dalam "As Sunanul Kubra"
(3/316)- meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Salman Al- Khair
Radliallahu anhu, ia berkata :

"Artinya : Agungkanlah Allah dengan mengucapkan : Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar kabira".

Banyak orang awam yang menyelisihi dzikir yang diriwayatkan dari salaf ini
dengan dzikir-dzikir lain dan dengan tambahan yang dibuat-buat tanpa ada
asalnya. Sehingga Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam "Fathul
Bari (2/536) :

"Pada masa ini telah diada adakan suatu tambahan[4] dalam dzikir itu, yang
sebenarnya tidak ada asalanya".

[Disalin dari buku Ahkaamu Al'Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah, edisi
Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali
Abdul Hamid al-Halabi Al-Atsari hal. 19-22, terbitan Pustaka Al-Haura',
penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Husein]

0 KoMenTaR:

QR Code

My Headlines


Dengan meninggalkan komentar, saya sangat berterima kasih sekali karena dapat menjadikan blog ini berkembang.. terima kasih